Kita mengenalnya sebagai Presiden ke-3 (tiga) Republik Indonesia. Saya lebih senang memandangnya sebagai sumber mata air bangsa Indonesia. Alhamdulillah sudah 2 (dua) kali bertemu beliau, walaupun tidak secara langsung. Pertemuan pertama tanggal 26 April 2017 dan pertemuan ke-2 (dua) pada tanggal 30 April 2019. Diusia yang sudah mencapai 83 tahun, Eyang masih aktif menyebarkan gagasannya. Saya masih ingat sekali Eyang berkata, Kita hidup harus seperti mata air. Kalau mata airnya bersih, maka sampai yang dihilirpun akan menerima manfaatnya juga. Kalau mata airnya kotor maka rusaklah wilayah sekitarnya. Sederhana, namun dengan analogi sederhana itulah gagasan yang Eyang sebarkan mudah dipahami.
Hari ini Eyang memberikan wewejang lain, mengenai proses pembudayaan pendidikan. Pembudayaan pendidikan adalah sinergi antara dua unsur, yaitu unsur budaya dan beragama. Proses pembudayaan pendidikan perlu dilakukan agar Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia berdaya saing unggul. Berdaya saing unggul bermakna SDM tersebut memiliki produktivitas yang tinggi dan mampu mengikuti ilmu pengetahuan dan teknologi yang tinggi. Tujuannya agar SDM Indonesia mampu membuat software dan/atau hardware dengan kualitas tinggi, sesuai dengan deadline yang diberikan dan mewujudkannya dengan harga serendah mungkin. Kata Eyang, anda harus lebih baik, karena proses pembudayaan pendidikan generasi anda sudah dipersiapkan oleh generasi sebelum anda. Maka lanjutkan estafet dari pembangunan SDM unggul. Eyang juga mengingatkan, jangan hanya melanjutkan estafet saja, jangan lupa akan tujuannya ==> tugas anda mengediakan wahana, dimana manusia bisa menikmati proses keunggulan.
Only the best is good enough
Sumber mata air terpenting dalam hidup saya adalah Mama. Mama tidak hanya menjadi sumber kekuatan kami, namun juga tempat bertanya ketika kami akan melangkah. Maka sungguh tepat Sabda Rasulullah, sayangi Ibumu, Ibumu, Ibumu baru Ayahmu. Mama dan Papa adalah tempat kami berteduh. Doaku untuk Mama, Papa dan Eyang Habibie:
Aduhai Tuhan Pemilik segala Sifat Yang
Mahasempurna, berlaku lembutlah kepada kedua orang tua kami di saat mereka rapuh tiada berdaya sebagaimana mereka berlaku lembut kepada kami dahulu di saat kami belum memiliki kekuatan. Kasihanilah mereka sekarang ini, di saat mereka tidak mempunyai sandaran lagi kecuali hanya kepada Engkau semata, sebagaimana mereka mengasihani kami dahulu disaat kami tidak mempunyai pegangan dan tempat berlindung kecuali kepada keduanya. Ya Allah, balutlah duka hati kedua orang tua kami sekarang ini, seperti mereka dahulu melakukannya kepada kami yang masih lemah lunglai. (Dikuti dari Buku Kumpulan Doa Sehari-hari Kementerian Agama RI tahun 2013 halaman 118-119)
Leave a Reply