Untuk kau yang takut dalam melangkah, mengkhawatirkan ketakutan-ketakutan palsu yang kau bayangkan dalam kepalamu. Semoga malam memberimu pelita, agar kau tahu bahwa, jalan itu tak selalu menakutkan. Aku melepasmu ke dalam kegelapan, karena ku tahu, tak ada yang dapat menolongmu, kecuali dirimu sendiri. Kukira kau telah belajar dari pengalaman, ternyata kau masih terjebak di dalam relung yang sama. Mari belajar untuk menghormati waktu, menghargai rasa, dan menyelamatkan energi. Tak ada yang bisa kulakukan, selain melepasmu kepada Allah SWT. Kukira kita sekufu, tapi kau hanya menilaiku dari harta dan pendidikan. Tak perlu waktu lama bagiku untuk memahami, mungkin ini jawaban dari Yang Maha Kuasa. Aku tak sanggup bersama orang yang tak dapat memimpin dirinya sendiri, yang terlalu perhitungan di dalam hidupnya.
Aku menyerah bukan karena aku tak mendukungmu, tapi ini bukan peperanganku. Semua orang telah memperingatimu, tapi kau putuskan untuk tak mengindahkan. Akhirnya kau sadar dengan kekuranganmu. Tak ada yang salah. Kita hanya tidak berada di halaman yang sama. Aku hanya berharap, seandainya kau memikirkan ini dengan matang, maka tidak ada yang tersakiti. Tindakanmu yang tergesa-gesa membuat kita berada di dalam kekacauan ini. Entah kenapa aku memberimu kesempatan, mungkin dalam hatiku berharap kau telah berubah. Ternyata aku naif, akhirnya aku menyakiti diri sendiri dengan membukakan pintu. Jadi sekali lagi, kita harus melalui ini. Kali ini aku memutuskan untuk mundur selamanya. Selamat menjalani kehidupanmu. Kali ini jangan pernah kembali lagi. Kuucapkan maaf untuk semua hal yang telah menyakitimu.
Satu yang kupinta, kau harus jujur. Jangan mengelabui perasaanmu. Kelak kau akan diandalkan oleh orang lain. Aku harap kau segera menemukan dirimu yang hilang. Kau masih melihat dunia dari sudut kecil matamu. Ku harap kau memenangkan hidupmu. Pada akhirnya kita tak seiringan. Padahal aku kira kita akan jadi partner yang saling mendukung, memahami dan berbagi rasa. Ternyata itu semua hanya ada dalam impian semu. Telah habis daya upaya untuk meyakinkanmu, semoga kelak kau tak menyakiti orang seperti itu. Aku hanya sedih, kau tidak pernah mempercayaiku, melihat dari sisiku, dan mengasingkanku. Kau bilang kita tak sama, padahal banyak alur kehidupan yang kulalui. Lalu itu kau anggap apa? Kalau kau bilang kau mundur untuk menyelamatkanku, aku tahu kau bohong. Kau tidak memperjuangku. Tak apa-apa, setidaknya aku tahu bukan aku yang menyia-nyiakan orang.

Leave a comment